Maraknya pemberitaan mengenai salah satu program pemerintah Amerika Serikat melalui badan rahasianya National Security Agency (NSA) bernama PRISM memantik komentar dari seluruh dunia.
Semua ini Berawal dari pengakuan Mantan agen NSA Edward Snowden.
PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems) adalah salah satu program yang beralasan untuk memerangi teroris terutana di dunia internet yang dijalankan pemerintah Amerika Serikat melalui NSA.
Dengan pemberlakuan program ini, maka NSA memiliki hak untuk mendapatkan dan mengetahui segala data pengguna yang dimiliki perusahaan-perusahaan besar dunia.
Melihat fenomena seperti ini sendiri memang cukup miris. Saat konglomerasi besar seperti Facebook, Yahoo!, hingga Google mau menuruti PRISM, justru organisasi nirlaba seperti Mozilla yang berani terang-terangan menolaknya.
Maraknya pemberitaan mengenai NSA dengan program PRISM-nya memunculkan reaksi keras baik dari publik maupun perusahaan yang bergerak di bidang internet.
Menjadi satu hal yang dilematis memang, karena saat ini internet seperti sudah menjadi salah satu hal pokok yang dibutuhkan oleh banyak orang di dunia.
Penduduk AS bagai ‘sandera’ di negeri sendiri
Meskipun menjunjung tinggi yang namanya demokrasi dan kebebasan, nampaknya warga Amerika Serikat justru tak bisa bebas di negerinya sendiri. Hal ini terlihat dari diberlakukannya undang-undang NSA yang mampu melihat apapun isi dari aktivitas elektronik warga sipil.
Seperti yang dilansir oleh Mashable (6/6/13), lewat program yang dinamakan PRISM ini, memang NSA berhak untuk meminta data apapun dari penyedia layanan elektronik termasuk seluler dan internet.
Oleh karenanya, mulai dari Facebook, Google, Microsoft, Yahoo, PalTalk, AOL, Skype, YouTube dan Apple pun harus menuruti hal ini tanpa terkecuali.
Seperti diketahui, media Inggris Guardian mempublikasikan laporan mengejutkan pada 7 Juni 2013 terkait dengan aksi penyadapan oleh National Security Agency (NSA) terhadap sejumlah raksasa Internet dunia, meliputi Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, YouTube, Skype, dan AOL merupakan bagian dari PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems) yang memungkinkan pejabat NSA untuk mengakses isi email, transfer file, dan lainnya.
Menanggapi hal ini, perusahaan teknologi raksasa tersebut pun terlihat seakan tak memiliki daya apapun untuk menolaknya. Hal ini terlihat dari Google yang mau-mau saja memberikan data apapun jika diminta oleh NSA.
“Google tak memiliki pintu belakang (back door) yang memersilahkan pemerintah untuk mengakses data, namun Google mengakui kalau mereka memberikan data apapun yang diminta pemerintah demi tujuan hukum,” kata seorang juru bicara Google kepada sebuah harian.
Sebelumnya, NSA juga belakangan diketahui mengumpulkan berbagai data percakapan ponsel penduduknya yang menggunakan provider Verizon. Hal ini pun dilakukan dengan rahasia tanpa adanya tujuan yang jelas
Apa yang dilakukan oleh pemerintah AS kepada penduduknya ini pun seolah merupakan pelecehan terhadap asas kebebasan yang selama ini dijunjung tinggi di negaranya. Di mana penduduk dijamin agar bebas mengungkapkan pendapatnya, kini mereka malah seperti dipenjara di negeri tersebut.
Kominfo nilai kebijakan AS soal penyadapan adalah melanggar HAM
Tentu saja, hal penyadapan seperti itu menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika RI adalah hal yang salah. Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S Dewa Broto mengaku tidak mengetahui referensi hukum apa yang dipakai untuk menerobos aturan tersebut. Bahkan Gatot menilai langkah National Security Agency (NSA) yang menyadap 7 raksasa Internet di Amerika Serikat adalah melanggar hak azazi manusia (HAM).
“Hanya saja, sejak peristiwa 9 September terhadap gedung WTC, pemerintah AS secara tidak tertulis diberi kewenangan extraordinary oleh berbagai negara untuk melakukan tindakan tertentu termasuk penyadapan khusus, namun menurut hemat kami, penyadapan itu tetap keliru,” tuturnya, Minggu (16/6/13).
Tolak PRISM, Mozilla berani lawan pemerintah AS
PRISM yang dibangun NSA untuk menguntit data pengguna memang membuat banyak perusahaan teknologi besar dunia tunduk. Namun, bukan berarti tidak ada juga yang berani menolak dan melawan.
Mozilla contohnya, bersama dengan puluhan organisasi dan perusahaan teknologi lainnya, mereka membuat komitmen untuk melawan PRISM. Hal ini pun dibuktikan dengan membuat sebuah laman khusus berisi petisi penghentian PRISM.
Dengan halaman website yang beralamat di optin.stopwatching.us , semua organisasi ini mengajak partisipasi setiap orang untuk turut mengisi petisi. Mereka meminta baik individu maupun organisasi agar ikut menentang tindakan yang dilakukan oleh badan federal Amerika, NSA ini.
Hingga saat ini sendiri sudah terkumpul 250 ribu lebih dukungan terhadap petisi ini. Hal ini terhitung cepat mengingat petisi ini baru dibuka tanggal 19 Juni kemarin waktu Amerika Serikat.
Melihat fenomena seperti ini sendiri memang cukup miris. Saat konglomerasi besar seperti Facebook, Yahoo!, hingga Google mau menuruti PRISM, justru organisasi nirlaba seperti Mozilla yang berani terang-terangan menolaknya.
Maraknya pemberitaan mengenai NSA dengan program PRISM-nya memang memunculkan reaksi keras baik dari publik maupun perusahaan yang bergerak di bidang internet. Menjadi satu hal yang dilematis memang, karena saat ini internet seperti sudah menjadi salah satu hal pokok yang dibutuhkan oleh banyak orang di dunia.
Apabila tidak mengakses internet, tidak hanya dari segi bisnis, dari segi pribadi pun juga akan terhambat dalam proses pencarian informasi. Karena, semua informasi di dunia nyata tidak secepat di dunia maya..!
NB :
- Untuk memberikan dukungan kepada mozilla,bisa klik optin.stopwatching.us
- Jangan lupa isi pollingnya ya..
Semua ini Berawal dari pengakuan Mantan agen NSA Edward Snowden.
PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems) adalah salah satu program yang beralasan untuk memerangi teroris terutana di dunia internet yang dijalankan pemerintah Amerika Serikat melalui NSA.
Dengan pemberlakuan program ini, maka NSA memiliki hak untuk mendapatkan dan mengetahui segala data pengguna yang dimiliki perusahaan-perusahaan besar dunia.
Melihat fenomena seperti ini sendiri memang cukup miris. Saat konglomerasi besar seperti Facebook, Yahoo!, hingga Google mau menuruti PRISM, justru organisasi nirlaba seperti Mozilla yang berani terang-terangan menolaknya.
Maraknya pemberitaan mengenai NSA dengan program PRISM-nya memunculkan reaksi keras baik dari publik maupun perusahaan yang bergerak di bidang internet.
Menjadi satu hal yang dilematis memang, karena saat ini internet seperti sudah menjadi salah satu hal pokok yang dibutuhkan oleh banyak orang di dunia.
Penduduk AS bagai ‘sandera’ di negeri sendiri
Meskipun menjunjung tinggi yang namanya demokrasi dan kebebasan, nampaknya warga Amerika Serikat justru tak bisa bebas di negerinya sendiri. Hal ini terlihat dari diberlakukannya undang-undang NSA yang mampu melihat apapun isi dari aktivitas elektronik warga sipil.
Seperti yang dilansir oleh Mashable (6/6/13), lewat program yang dinamakan PRISM ini, memang NSA berhak untuk meminta data apapun dari penyedia layanan elektronik termasuk seluler dan internet.
Oleh karenanya, mulai dari Facebook, Google, Microsoft, Yahoo, PalTalk, AOL, Skype, YouTube dan Apple pun harus menuruti hal ini tanpa terkecuali.
Seperti diketahui, media Inggris Guardian mempublikasikan laporan mengejutkan pada 7 Juni 2013 terkait dengan aksi penyadapan oleh National Security Agency (NSA) terhadap sejumlah raksasa Internet dunia, meliputi Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, YouTube, Skype, dan AOL merupakan bagian dari PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems) yang memungkinkan pejabat NSA untuk mengakses isi email, transfer file, dan lainnya.
Menanggapi hal ini, perusahaan teknologi raksasa tersebut pun terlihat seakan tak memiliki daya apapun untuk menolaknya. Hal ini terlihat dari Google yang mau-mau saja memberikan data apapun jika diminta oleh NSA.
“Google tak memiliki pintu belakang (back door) yang memersilahkan pemerintah untuk mengakses data, namun Google mengakui kalau mereka memberikan data apapun yang diminta pemerintah demi tujuan hukum,” kata seorang juru bicara Google kepada sebuah harian.
Sebelumnya, NSA juga belakangan diketahui mengumpulkan berbagai data percakapan ponsel penduduknya yang menggunakan provider Verizon. Hal ini pun dilakukan dengan rahasia tanpa adanya tujuan yang jelas
Apa yang dilakukan oleh pemerintah AS kepada penduduknya ini pun seolah merupakan pelecehan terhadap asas kebebasan yang selama ini dijunjung tinggi di negaranya. Di mana penduduk dijamin agar bebas mengungkapkan pendapatnya, kini mereka malah seperti dipenjara di negeri tersebut.
Kominfo nilai kebijakan AS soal penyadapan adalah melanggar HAM
Tentu saja, hal penyadapan seperti itu menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika RI adalah hal yang salah. Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S Dewa Broto mengaku tidak mengetahui referensi hukum apa yang dipakai untuk menerobos aturan tersebut. Bahkan Gatot menilai langkah National Security Agency (NSA) yang menyadap 7 raksasa Internet di Amerika Serikat adalah melanggar hak azazi manusia (HAM).
“Hanya saja, sejak peristiwa 9 September terhadap gedung WTC, pemerintah AS secara tidak tertulis diberi kewenangan extraordinary oleh berbagai negara untuk melakukan tindakan tertentu termasuk penyadapan khusus, namun menurut hemat kami, penyadapan itu tetap keliru,” tuturnya, Minggu (16/6/13).
Tolak PRISM, Mozilla berani lawan pemerintah AS
PRISM yang dibangun NSA untuk menguntit data pengguna memang membuat banyak perusahaan teknologi besar dunia tunduk. Namun, bukan berarti tidak ada juga yang berani menolak dan melawan.
Mozilla contohnya, bersama dengan puluhan organisasi dan perusahaan teknologi lainnya, mereka membuat komitmen untuk melawan PRISM. Hal ini pun dibuktikan dengan membuat sebuah laman khusus berisi petisi penghentian PRISM.
Dengan halaman website yang beralamat di optin.stopwatching.us , semua organisasi ini mengajak partisipasi setiap orang untuk turut mengisi petisi. Mereka meminta baik individu maupun organisasi agar ikut menentang tindakan yang dilakukan oleh badan federal Amerika, NSA ini.
Hingga saat ini sendiri sudah terkumpul 250 ribu lebih dukungan terhadap petisi ini. Hal ini terhitung cepat mengingat petisi ini baru dibuka tanggal 19 Juni kemarin waktu Amerika Serikat.
Melihat fenomena seperti ini sendiri memang cukup miris. Saat konglomerasi besar seperti Facebook, Yahoo!, hingga Google mau menuruti PRISM, justru organisasi nirlaba seperti Mozilla yang berani terang-terangan menolaknya.
Maraknya pemberitaan mengenai NSA dengan program PRISM-nya memang memunculkan reaksi keras baik dari publik maupun perusahaan yang bergerak di bidang internet. Menjadi satu hal yang dilematis memang, karena saat ini internet seperti sudah menjadi salah satu hal pokok yang dibutuhkan oleh banyak orang di dunia.
Apabila tidak mengakses internet, tidak hanya dari segi bisnis, dari segi pribadi pun juga akan terhambat dalam proses pencarian informasi. Karena, semua informasi di dunia nyata tidak secepat di dunia maya..!
NB :
- Untuk memberikan dukungan kepada mozilla,bisa klik optin.stopwatching.us
- Jangan lupa isi pollingnya ya..